Senin, 18 Mei 2015

Turi - Turian oleh Arnold Sonang Siregar



****** AYAH YANG KEPINTARAN ******
Si Hendra yang sudah duduk di kelas 3 SD, suatu hari sepulang sekolah langsung membuka buku pelajarannya tadi untuk mengerjakan PR yang diberikan gurunya.
"Makan dulu sana Hendra, habis makan baru belajar lagi."
"Banyak PR nya ayah, nanti nggak siap.. jadi makannya nanti aja."
"Ya udah terserah kau." jawab si ayah sembari duduk didepan anaknya yang mulai mengerjakan PR.
Lalu Hendra membuka pelajaran Geografi.
Setelah mengerjakan beberapa PR Geografi, lalu Hendra bertanya kepada ayahnya bernama Sabran yang penderes di afdeling kami.
Hendra :"Selat itu apa artinya ya pak ?"
Si ayah yang tak mau kalah sama dengan anaknya, padahal ayahnya ini tidak ada ijazahnya langsung menjawab.
"Waahh... ayah rasa itu jenis makanan Hendra,, itu lho yang dioles ke roti ganda."
"Jadi apa yang ditulis jawabannya pak ?"
"Udaahh.. tulis aja selat ialah untuk dimakaaaann..!"
Lalu si Hendra menulis dibuku jawaban sesuai jawaban ayahnya.
Hendra : "Yang kedua ayah.. apa nama ibu kota propinsi Sumatera Utara?"
Lalu dengan busungkan dada si ayah menjawab :
"Waaahh... pertanyaan gampang aja koq kau nggak bisa jawab.. ayah dulu sebelum karyawan, pernah jadi kernet truk Medan ke Padang Sidempuan bawa salak.. jadi yang ada utaranya itu ya cuma Tarutung."
"Jadi jawabnya apa ayah ?"
"Ya jelaslaaahh... T a r u t u n g..!!"
"Ayah paten kali ah." puji si anak.
"Jelas dooongg... ayah mu kaaaann..!?" menyombongkan diri.
Esok harinya ketika Hendra pulang sekolah dengan wajah cemberut saat tiba dirumah.
"Lho.. koq mukamu keriting gitu lho Hendra.. ada apa ?" tanya si ayah.
Hendra lalu menghempaskan tasnya diatas meja.. kemudian berkata :
"Jawaban ayah semua malu-maluin Hendra ayah... masya selat itu untuk dimakan...sedang yang benar itu selat adalah laut yang terdapat diantara dua pulau... dan .. ibukota Sumatera utara itu bukan Tarutung ayah... tetapi Medaaaannn...jadi malu Hendra disekolah tadi... soalnya semua teman sekelas tertawa keras-keras mendengar jawaban Hendra."
"Opo iyo tooohh...??"


BECAK MESIN SIANTAR VS BECAK DAYUNG ******
Tahun 1980.
Kala itu aku yang bekerja narik becak barang sambil kuliah di USI, telah usai mengantar barang-barang langganan, jadi tinggal menunggu sewa untuk tambahan saja, lalu aku parkir diperempatan Patuan Anggi (dekat simpang Rajawali) tempat dimana banyak becak masin mangkal menunggu sewa. Ternyata disana ada kawan sekampung bermarga Sidabalok yang juga menunggu sewa.
Sidabalok : "Sudah banyak dapat regar ?" (sembari duduk di becak ku)
Aku : "Lumayan bang, langganan sudah terangkat semua."
Sidabalok : "Enak juga kau ya, narik becak gak pakai minyak, cuma
modal tenaga, kalau aku pasti keluar minyak buat raun
dan belum tentu dapat sewa." kata dia lagi, lalu dia naik dan duduk disadel becak ku seraya mencoba-coba lalu berkata :
"Enak juga becak dayung ini... stangnya ringan." lalu dia coba mendayung sehingga becak bergerak maju....dan... karena jalan agak menurun, dia jadi kebingungan sendiri mencari-cari rem dengan kaki tanpa memperhatikan jalan... daaannn.....
"Kruuubbiiyyyaaaakkk.....byuuuurrrr....!!!!"
Becakku dan Sidabalok kecebur keparit yang cukup dalam serta posisi dia tertimpa becakku.
Semua yang ada disana jadi terkejut atas kejadian itu, namun kemudian aku dan beberapa penarik betor membantunya keluar dari dalam parit.
"Koq bisa jatuh bang Sidabalok?" tanya si Suradi penarik betor sembari mesem karena merasa lucu dibarengi kasihan.
"Iya baahh... kucari-cari rem nya sama kaki tapi tak dapat ku, jadinya aku tak melihat jalan... trusss...jatuhlah akuuu...!!"
"Weeehhh taheee... abang Sidabalok... sudahlah jatuh keparit.... ketimpa becak pula ....lagian diparit banyak limbah manusia yang melambai....
Top of Form
Bottom of Form


CIHUIII....MANTAAAAAPP...!! ******
Tahun kedua setelah aku menjabat Krani-I afdeling IV kebun Bangun.
Hari itu Jumad, karena besok akan gajian besar, aku kerja dikantor ku sampai sore untuk menghitung gaji para karyawan.
Kantorku yang sangat dekat rumah dinas yang kutempati bersama keluarga, sehingga segala aktivitas yang terjadi dirumah aku ketahui.
Ketika itu sekitar jam 13.00 WIB, datang sepeda motor yang membawa tonjokan, dan berhenti didepan rumah seraya mengucapkan salam.
Anakku yang sulung yang masih berusia empat tahun segera menyongsong tamu tersebut seraya menyambut rantang dari tamu tersebut dan langsung membawanya kepada isteriku yang baru pulang dari sekolah.
Namun tak lama berselang... datang lagi tamu yang juga membonceng rantang tonjokan, dan langsung anak ku memintanya dari tamu tersebut seraya berkata girang :
"waaahhh... mataaaapp... makan daging lagiiii...!!"
Dan sekitar jam empat sore.. ternyata datang lagi rantang tonjokan yang lagi-lagi berhenti didepan rumah ku.
Aku sudah mulai pegang kening : "Wadoouuhhh... yang banyaklah tonjokan ini...!!" gumam ku sembari menghitung uang keluar buat pesta.
Sedangkan anak ku kembali berteriak kegirangan :
"Ciiihuuuuiii... mantaaaaappp...paakkk.... bapaaaaakkk... udah tiga rantang makanan kita dikasi orang paaaakkk...!!" kata dia sambil jingkrak-jingkrak.
Dan ternyata kegirangan anak ku belum selesai... karena hingga pukul enam sore, ada dua orang lagi yang antar tonjokan.
Anak ku tambah semangat dengan kedatangan rantang, sedangkan aku semakin galau memikirkan berapa duit yang harus keluar...

DON JUAN CAP KEPALA LIMBAT ******
Memang kelakuan kawan yang satu ini sudah kelewatan. Bayangkan di usia yang hampir mendekati 70 - an, namun apabila melihat wanita cantik,
wuiiihhh... mata melotot...mulut mangap sampe iler netes.. dan... nafas ngosngosan seperti kena bengek akut.
Pagi itu seusai aku antar isteri ke angkot, lalu aku menuju warung langganan ku untuk serapan LOKOMOTIP dan BAKORTIBA, yaitu serapan lontong kopi modal tipis ( LOKOMOTIP = lontong kopi modal tipis karena gak pake telor serta kopi pancung dan BAKORTIBA = baca koran tidak bayar).
Disana sudah pada ngumpul sobat2 yang umumnya adalah pensiunan.
Diantara sobat2 tersebut, bapak yang saya sebutkan diatas juga telah hadir, dan melihat isi gelasnya yang sudah hampir kosong, bisa dipastikan dia yang pertama hadir disitu.
Ketika aku asyik serapan, tiba-tiba datang seorang wanita muda memasuki warung untuk membeli lontong, dan kebetulan wanita tersebut hanya mengenakan pakaian daster tipis yang agak transparan.
Hal ini menyebabkan si bapak yang sudah uzur tersebut sontak mendelik matanya... mangap mulutnya disertai menetesnya iler dikedua sudut bibir, dan yang paling nyata adalah suara nafasnya yang memburu, sedangkan kami yang ada disitu juga asyik melirik si bapak don juan tersebut seraya mencibir tingkah orangtua tersebut.
Rupanya saking nafsunya sibapak melihat wanita muda yang posisi membelakangi itu, tiba-tiba tangan kanannya bergerak meraih gelas kopinya, namun apa lacur, dia mengambil gelas tamu yang baru dipesan, namun karena gelas batu, si bapak tua tak merasakan panas, lalu dengan lahap dia langsung menenggak isi gelas...dannn...
"Huuuaaahhh...rrrrr....wadooouuuhhh...!!!!!"
Si bapak spontan semburkan kopi panas dari mulut..lalu tanpa sadar dia lepaskan gelas dari tangannya yang akan membekap mulutnya yang kepanasan... daaann...
"Aduuuuhhhh..............!!!"
Gelas dan kopi jatuh persis dipangkuannya, sehingga celananya basah tersiram kopi panas.
Tanpa sadar dia pegangi bagian kemaluannya yang kepanasan.
"Hahahahahahahahahahahahah...................!!!!" spontan kami yang ada diwarung tertawa gelak oleh kejadian tersebut, sedangkan dia, karena merasa risih, langsung melangkah meninggalkan warung oleh rasa sakit serta malu atas kejadian itu.
"Syukurin luh... udah bau tanah juga... masih nafsu ngeliat wanita." kata pak Hadi
"Dasar don juan.. cap kepala limbaaaattt...!!!" timpal pak Jhon...
"Huaaaaaahahahahahahh.......!!!" kembali suara gelak tawa membahana

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar